Jumat, 24 Desember 2010

Pendidikan untuk Transformasi Sosial

Pendidikan di Indonesia mesti dilihat sebagai upaya merancang dan melakukan transformasi masa depan untuk menjawab tantangan yang lebih besar dan kompleks dengan memanfaatkan sumber daya yang ada saat ini. Karena itu, pendidikan harus ditujukan untuk menghasilkan manusia Indonesia yang berani melakukan transformasi sosial selain memiliki kecerdasan akademik, berakhlak, dan terampil.
Pendidikan harus bisa membawa transformasi sosial dalam masyarakat. Tetapi kita belum juga sampai ke sana.
-- Doni Koesoema
Dalam mewujudkan pendidikan yang bisa menjadi motor penggerak perubahan tatanan sosial masyarakat tersebut, diperlukan keseimbangan peran penyelenggaraan antara negara, komunitas, dan keluarga. Sebab, pendidikan menuntut kemitraan dan tanggung jawab semua pemangku kepentingan, termasuk orang tua, komunitas, dan masyarakat luas.

Pesan Moral Melalui Pembelajaran

 Setiap pembelajaran di sekolah dapat menjadi pintu masuk ke pendidikan karakter melalui pengungkapan pesan moral dan keteladanan. Salah satunya melalui pembelajaran fisika modern.
Sifat konsep/fenomena fisika modern yang jauh dari pengalaman empiris menjadikan pembelajaran fisika penuh dengan penalaran dan diskusi. Dari diskusi itulah pendidik bisa masuk pada pendidikan karakter.

Pendidikan Karakter Jangan Indoktrinasi

Ilustrasi: Pendidikan karakter untuk anak mesti dibangun dengan memperkuat komunitas sekolah. Orang tua atau keluarga juga mesti terlibat dengan adanya program parenting class yang diadakan di sekolah.


Ilustrasi: Pendidikan karakter untuk anak mesti dibangun dengan memperkuat komunitas sekolah. Orang tua atau keluarga juga mesti terlibat dengan adanya program parenting class yang diadakan di sekolah.

 Pendidikan karakter yang bakal gencar dilaksanakan di dunia pendidikan Indonesia semestinya dilaksanakan dalam rangka membentuk dan memperkuat karakter bangsa. Karena itu, pendidikan karakter perlu dipersiapkan dengan matang dan dilaksanakan secara bertahap supaya tidak menjadi sekadar pengetahuan atau indoktrinasi.

2011, Dana BOS Dikelola Pemda

 Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang selama ini dikelola langsung oleh masing sekolah rawan akan penyelewengan. Terkait hal itu, pada 2011 mendatang pengelolaan dana BOS akan dikelola oleh Pemerintah daerah (Pemda) setempat. Demikian disampaikan Bupati Kendal, Widya Kandi Susanti,

Pemda Diultimatum Perhatikan Pendidikan

Kementerian Pendidikan Nasional menyatakan akan memberikan ultimatum kepada pemerintah daerah (pemda) yang tidak peduli terhadap pendidikan di daerahnya. Melalui angka partisipasi daerah (APK) yang angkanya masih rendah, pemerintah akan melihat daerah mana saja yang pendidikannya belum merata.

Pendidikan Gagal Ciptakan Kader Mandiri dan Inovatif

 Dunia pendidikan di Indonesia dinilai gagal menghasilkan kader yang memiliki jiwa kemandirian dan inovatif. Pendidikan di Indonesia hanya mencetak dan menyiapkan para karyawan dan kuli.

Demikian disampaikan oleh Direktur The Islamic College, Jakarta, Kholid Al Walid. " Sekolah-sekolah hanya mempersiapklan kuli semata dan bukan pemikir,"kata dia dalam Refleksi Akhir Tahun "Indonesia di Simpang Jalan", yang digelar The Islamic College, di Jakarta, Jumat (24/12)

80 Persen Anak Indonesia Putus Sekolah Karena Ekonomi

 Terkait belum meratanya pendidikan di Indonesia, Wakil Menteri Pendidikan, Fasli Jalal menyatakan pemerintah mempunyai data daerah mana saja yang pendidikannya perlu diintervensi. Setelah pemerintah melakukan pendataan, ternyata diketahui banyak yang tidak melanjutkan sekolah itu karena alasan ekonomi.

"Delapan puluh persen menyatakan karena kesulitan ekonomi baik yang tidak punya dana untuk beli pakaian seragam, buku, transport atau kesulitan ekonomi yang mengharuskan mereka harus bekerja sehingga tidak mungkin bersekolah," tutur Wamendiknas di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Rabu (21/12).

Rabu, 15 Desember 2010

Program Sekolah Gratis di Sumsel Terus Dievaluasi

 Pelaksanaan sekolah gratis di Sumatera Selatan, sejak diluncurkan dua tahun lalu hingga saat ini terus dievaluasi, supaya diketahui perkembangan pendidikan yang bertujuan untuk membantu masyarakat kurang mampu tersebut. Pihaknya terus mengevaluasi perkembangan sekolah gratis tersebut karena itu merupakan program utama Gubernur H Alex Noerdin, kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel , Ade Karyana di Palembang, Rabu.

Akad Apa yang Terbaik untuk Pembiayaan Sekolah dan Kesehatan

Ada 1,3 Juta Anak Cerdas Istimewa di Indonesia

Indonesia memiliki sekitar 1,3 juta anak usia sekolah yang berpotensi Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI) atau kerap disebut 'gifted-talented'. Sayangnya, baru 9.500 (0,7%) anak yang sudah mendapat layanan khusus dalam bentuk program akselerasi/ percepatan.

"Masih sangat banyak siswa CIBI belum memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka," kata Sekjen Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (Asosiasi CIBI) Nasional, Amril Muhammad di Jakarta, Selasa (14/12).

Amril menambahkan seharusnya CIBI perlu mendapatkan akselerasi. Ada dua macam akselerasi yang dapat dilakukan, yaitu akselerasi kontens base dan grade base. Disebut akselerasi kontens jika siswa mampu menguasai bidang ilmu dengan baik. Sementara itu, akselerasi grade jenjang sekolah seperti siswa yang seharusnya sekolah tiga tahun, bisa dipersingkan menjadi dua tahun. "Mereka memiliki kecepatan menyerap lebih dari teman sebayanya," papar Amir.

Perhatian khusus tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tetapi semata-mata untuk memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Untuk program akselerasi misalnya, ini mencakup grade dan konten. Berdasarkan data tahun 2009, dari 260.471 sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program layanan khusus bagi anak CIBI.

Selasa, 14 Desember 2010

permasalahan pendidikan dan pemerintahan

perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.

Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.

Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas, terjadi sebuah ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Seolah sekolah hanya milik orang kaya saja sehingga orang yang kekurangan merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan mereka. Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim.


Budaya Malu, Kendala Mendata Buta Aksara

 Sedikitnya 9.000 warga di 33 kecamatan yang tersebar di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, ditemukan masih buta aksara. Enam tahun lalu jumlahnya masih mencapai 59 ribu jiwa.
Kalau mereka berterus terang, petugas akan mengajari mereka melalui program keaksaraan fungsional tersebut.
-- Bambang Setiono

Demikian diungkapkan Kabid Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan (Diknas) Kabupaten Malang, Bambang Setiono, Rabu (15/12/2010). Dia menambahkan, banyaknya warga yang masih buta aksara tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya karena keterbelakangan ekonomi dan rendahnya kesadaran terhadap pendidikan.

Rabu, 08 Desember 2010

Kewajiban dan Larangan Bagi Pegawai Negeri sipil

Bagi PNS berlaku ketentuan seperti yang tercantum dalam peraturan Pemerintah No 21 Tahun 1975 tentang Sumpah dan Janji Pegawai Negeri Sipil,juga Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai. Berdasarkan PP No 30 tahun 1980 itu terdapat 26 butir kewajiban dan 18 butir larangan bagi PNS sebagai berikut:

Kamis, 02 Desember 2010

Motivasi Anak Didik Menumbuhkan Kepenasaran Intelektual

Memotivasi Anak Didik Menumbuhkan Kepenasaran Intelektual

Peserta didik idealnya dimotivasi untuk sering bertanya apa yang dia ingin tahu, sehingga akan secara otomatis menimbulkan keingintahuan dari dalam dirinya atau kepenasaran intelektual (intellectual curiosity). Dalam diri mereka juga harus ditanamkan bahwa belajar itu hal yang menyenangkan.

“Selanjutnya difasilitasi dan diberi keleluasaan untuk mengetahui jawabannya”, ujar aktivis pendidikan Heri Hendrayana Harris (Gola Gong) saat memberikan keterangan pers usai berbicara pada seminar Wisuda UT Periode IV Tahap III 2010 di Universitas Terbuka, di Pondok Cabe, Senin, (29/11).

Heri merupakan salah satu pembicara dalam seminar dengan tema 'Peran Guru dalam Mengembangkan Kepenasaran Intektual (Intelektual Curiosity) Peserta Didik'. Menurut Heri, peranan guru sangat penting untuk mendorong peserta didiknya proaktif dalam mengembangkan kepenasaran intelektual yang berimplikasi pada kemajuan hidup dan sekelilingnya.

Sementara penggerak Komunitas HONG, Pusat Kajian Mainan dan Permainan Rakyat, Mohamad Zaini Alif, memberikan paparan dengan judul 'Pengajaran dalam Mainan dan Permainan Rakyat Sebagai Media Pengembangan Keingintahuan Intelektual'. “Di balik mainan dan permainan, dapat meningkatkan motorik dan kreativitas anak, melalui keingintahuan intelektual kita ternyata memberikan banyak nilai dan pendidikan untuk anak, serta dapat menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu,” katanya.

Zaini mengharapkan, generasi penerus menjadi generasi yang tekun dan rajin memelihara rasa ingin tahu (curiosity) untuk kemudian siap berpetualang mengarungi luasnya samudera pengetahuan.

Sementara itu, aktivis pendidikan lainnya, Raden Rizki Mulyawan Kartanegara Hayang Denda Kusuma (Dik Doang), mengatakan kepada para peserta agar dapat memahami cara untuk membangkitkan kepenasaran intelektual kepada peserta didik melalui pembelajaran alam seperti yang dilakukan komunitas Jurang Doank yang digagasnya.

Menurut Dik, manusia itu ada dua garis, pertama adalah manusia itu awalnya bodoh tidak mengetahui, kemudian dia belajar pada yang maha mengetahui sehingga dia menjadi pintar. Kemudian setelah pintar, dia mengasah kepintarannya sehingga dia menjadi orang yang cerdas, dan orang yang cerdas tidak lagi menunjukkan almamaternya, misal ini UT, ini UI, dan sebagainya.

Orang yang cerdas, kata Dik, tetap gelisah dengan kecerdasannya, orang cerdas di dalam kelas sudah bermanfaat bagi teman-temannya. Contohnya ketua kelas dia orang yang tidak pintar, tapi dia dipercaya. ''Nah pendidikan berhenti kepada melahirkan anak-anak yang pintar dan ini berbahaya, seharusnya menjadi anak-anak yang cerdas,'' jelasnya.

Tapi, kata Dik, orang cerdas jangan berhenti, dia tetap gelisah dengan kecerdasannya, orang itu mengasah lagi dengan ilmunya, jadilah orang itu orang yang berwawasan. “Orang yang berwawasan bicara padanya, ya ampun demikian indahnya, karena tidak ada pertanyaan apapun yang tidak mampu dia jawab,” jelasnya.

Orang yang telah berwawasan diasah lagi dengan wawasannya, jangan hanya menatap pada wawasan, jadilah dia orang yang bercakrawala. “Orang yang bercakrawala ini dia tidak perlu menjadi menteri, menjadi apapun, karena orang yang punya kedudukan akan bertanya kepada dia,” tegas Dik menambahkan.
Sumber:Republika.com

Penyaluran Dana BOS disederhanakan pada tahun 2011

Pemerintah akan menyederhanakan penyaluran dana pendidikan Bantuan Operasional Sekolah atau BOS mulai 2011 sehingga birokrasinya tidak terlalu panjang dibanding periode
2005-2010.

"Pelaksanaan distribusi dana BOS pada tahun depan akan mengalami penyederhanaan dibanding tahun 2005-2010," kata Menteri Pendidikan Nasional M Nuh kepada pers, di Istana Wapres Jakarta, Rabu (1/12).

Hal tersebut dikemukakan usai dirinya mengikuti rapat khusus membahas penyaluran BOS yang dipimpin oleh Wakil Presiden Boediono dan diikuti antara lain oleh Menko Kesra Agung Laksono dan Ketua Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto.

Mendiknas mengatakan, mulai 2011 aliran dana BOS tidak lagi melalui Kementerian Pendidikan Nasional tapi jalurnya adalah dari Kementerian Keuangan disalurkan langsung ke pemerintah kabupaten/kota dan selanjutnya ke sekolah.

"Kalau dulu dana BOS melalui Kementerian Keuangan lalu ke Kementerian Diknas dan disalurkan ke pemerintah kabupaten/kota dan ke sekolah. Jadi intinya mulai tahun depan Kementerian Diknas tidak lagi memegang dana BOS," kata Nuh.

M Nuh mengakui ditetapkannya penyederhanaan tersebut sebagai upaya Penmerintah untuk mempercepat penerimaan dana BOS di sekolah sehingga agar bisa segera digunakan untuk kepentingan anak-anak sekolah.

Selain itu, katanya, penyederhanaan distribusi ini juga untuk mengurangi adanya keterlambatan penerimaan dana bos di pemerintah kabupaten/kota dan sekolah. "Harapannya dengan penyederhanaan ini adalah keterlambatan sekolah menerima dana BOS bisa dikurangi bahkan dihilangkan," kata Mendiknas.

Untuk mengawasi penyaluran dana BOS tersebut, kata Mendiknas, pemerintah telah membentuk tim monitoring evaluasi (monev) yang terdiri personil dari Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan Nasional, pemerintah kabupaten dan kota. "Sesungguhnya tim monev ini sudah ada hanya saja kali ini lebih diperkuat," katanya.

Tim monev ini, kata Nuh, akan melakukan evaluasi terhadap distribusi dana BOS sekali dalam tiga bulan, dengan inti evaluasi apakah dana yang ditransfer tepat waktu, jumlah yang ditransfer sesuai dengan ketentuan, serta pengawasan dana oleh sekolah.

Dana BOS yang akan disalurkan pada 2011 sebesar Rp16,8 triliun, sementara tahun 2010 sekitar Rp 15 triliun.
Sumber: Republika

Senin, 29 November 2010

Etika kehidupan berbangsa memberi dasar bagi pengejawantahan etika dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara(TAP MPR No VI/MPR/2001)

Etika dalam kehidupan berbangsa merupakan satu wahana dalam rangka kelancaran penyelenggaraan Sistem Administrasi Negara dimana etika yang dipahami dan menjadi dasar pola perilaku dlam berbangsa yang stabil,karena persepsi akan perilaku yg diharapkan oleh masing2 individu sebagai warga negara dapat teramalkan dengan baik.
Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedepankan KEJUJURAN,AMANAH,KETELADANAN,SPORTIVITAS,DISIPLIN,ETOS KERJA,KEMANDIRIAN,SIKAP TOLERANSI,RASA MALU,TANGGUNGJAWAB,MENJAGA KEHORMATAN serta MARTABAT DIRI sebagai warga negara. Etika kehidupan berbangsa ini meliputi:etika sosial dan budaya,etika politik dan pemerintahan,etika ekonomi dan bisnis,etika penegakan hukum yang berkeadilan,etika Ke ILMUAN,dan etika lingkungan.

Sumber: Budaya kerja organisasi pemerintah

Kamis, 25 November 2010

Hari Pendidikan Nasional 2010

Hari Pendidikan Nasional 2010

Undang Undang tentang Pendidikan

Undang Undang tentang Pendidikan

Arti Kata Tut Wuri Handayani

Arti Kata Tut Wuri Handayani

10 Kompetensi Guru

(Kompetensi) Kemampuan yang harus dimiliki para Guru,yaitu:
1. Memiliki kepribadian sebagai guru.
2. Menguasai landasan pendidikan.
3. Menguasai Materi pengajaran.
4. Menyusun program pengajaran.
5. Melaksanakan proses belajar mengajar.
6. Melaksanakan penilaian pendidikan 7. Melaksanakan bimbingan.
8. Melaksanakan adsministrasi sekolah.
9. Menjalin kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat dan masyarakat.
10. Melaksanakan penelitian sederhana.

Tantangan terhadap visi dan kompetensi?

Semakin kuat daya halang yang harur dihadapi oleh guru di dalam melaksanakan tugas profesionalnya,semakin diperlukan visi yang tajam dan berkompetensi yang mantab.
Tidak ada sebuah rumus yang dapat digunakan untuk menetapkan visi mana yang diperlukan. Bukan karena posisi visi dan kompetensi itu sangat goyah ditempat yang periferis,tetapi karena kedua-duanya harus tanggap dan peka terhadap berbagai kondisi yang memengaruhi kehidupan umumnya,dunia pendidikan khususnya

Rabu, 24 November 2010

Perbukuan nasional

Kementerian Pendidikan Nasional akan melaksanakan reformasi sistem perbukuan nasional melalui penataan sistem bahan baku, sumber daya intelektual, teknologi, dan distribusi. Untuk itu, Mendiknas Mohammad Nuh meminta Ikatan Penerbit Indonesia sebagai mitra Kementerian Pendidikan Nasional agar memetakan dengan baik tentang sistem perbukuan itu. "Reformasi dilakukan mulai dari sistem bahan baku, sumber daya intelektual, teknologi hingga distribusinya harus ditata ulang," kata Mendiknas saat membuka Kongres Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) ke-17 di Jakarta, Rabu.

Kongres yang berlangsung mulai 24-26 November 2010 ini mengambil tema Buku Mempercepat Kemandirian Bangsa. Mendiknas menyampaikan selain pentingnya ketersediaan dan kualitas bahan baku, yang harus ditumbuhkan adalah sumber daya intelektual.

Kekayaan buku, kata Mendiknas, terletak pada sumber daya intelektualnya. "Oleh karena itu, harus ditradisikan agar pikiran yang ada di dalam benak sang intelektual bisa dituangkan dalam bentuk tulisan-tulisan," katanya. Mendiknas mengharapkan kongres dapat menghasilkan rumusan yang baik dan jelas sehingga bisa membantu pemerintah yang sedang melakukan reformasi dalam sistem perbukuan di Indonesia.

Ia menekankan bahwa perbukuan bukan menjadi bagian dari kegiatan bisnis kelompok tertentu, tetapi semua orang dapat ambil bagian dari usaha bisnis maupun usaha mencerdaskan anak bangsa. Menurut Mendiknas, meskipun bahan bakunya bagus, kandungan intelektualnya menggunakan teknologi khusus, sehingga bukunya bagus dari perspektif akademik, tetapi kalau sistem bisnis yang berlaku ada faktor ketidakadilan maka buku yang bagus tadi tidak akan menjadi oksigen dalam volume yang besar. "Oleh karena itu, ranah bisnis juga harus ditata. Kita tidak ingin urusan oksigen itu dimonopoli oleh perusahaan X, Y, atau Z," ujarnya.

Menurut dia, sumbatan ada di mana-mana dan salah satu keruwetan yang dihadapi dalam dunia perbukuan adalah menyangkut kebijakan yang tidak ada hubungannya langsung dengan dunia buku. Namun kebijakan ini jelas sangat berpengaruh dalam pengadaan buku, seperti kebijakan dalam pengadaan bahan baku kertas.

Untuk hal ini, menurut Menteri, sebagai pengguna bahan baku yang mutlak dalam hal ini kertas, salah satu pilihan adalah dengan menggunakan pendekatan-pendekatan atau affirmative dengan pihak terkait lainnya.
"Jadi, jelas bahwa buku adalah domain publik sehingga siapa saja bisa memproduksinya. Apalagi buku tidak lagi sebagai suplemen tetapi sudah merupakan kebutuhan untuk hidup dalam masyarakat sehingga harus diberikan kemudahan-kemudahan untuk mendapatkannya," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum IKAPI Setia Dharma Madjid menyarankan agar buku diberikan gratis ke siswa.
Pemerintah, kata dia, membeli buku lalu dibagikan ke seluruh Indonesia. Dia menjelaskan, kebijakan buku pelajaran dapat dihitung antara APBN dan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. "Satu anak satu buku," katanya.
Ia menyebutkan, saat ini terdapat 50 juta siswa, jika dalam satu tahun kebutuhan belanja buku per siswa Rp300 ribu maka dibutuhkan dana Rp15 triliun.

"Buku pelajaran tersebut berlaku selama lima tahun. Dana buku untuk mencerdaskan anak bangsa itu tidak besar sehingga guru-guru tidak usah menagih ke orang tua untuk membeli buku. Kalau buku masih diperdagangkan di sekolah akan timbul hal-hal negatif,"
sumber:kompas

Beginilah Cara Anak Jalanan Mengenyam Bangku Sekolah

Kamis, 25 November 2010, 01:21 WIB

Beginilah Cara Anak Jalanan Mengenyam Bangku Sekolah
Anak jalanan

Orang menyebut nya anak punk: rambut jigrak, hidung dan bibir penuh tindik, atau berpakaian ketat yang lusuh. Merokok, minuman keras, bahkan ngedrug sudah menjadi bagian dari keseharian perempuan muda itu.

Sekali waktu, Deby--remaja putri tersebut--tiba-tiba datang ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Insan Mandiri (PKBM BIM), lembaga yang memberikan bimbingan pengajaran kepada anak jalanan di sekitar Terminal Depok. Kedatangan Deby bersamaan ketika anak-anak jalanan tengah belajar membaca Alquran.

Kehadirannya membuat anakanak dan pembina di PKBM itu terkejut. Bukan semata karena penampilan yang punk, tapi juga tingkah lakunya yang urakan. Bahasa tubuhnya mengisyaratkan gerakan nakal. Keterkejutan itu mereda setelah Deby mengutarakan niatnya.
"Waktu itu, saya cuma ngerasa capek tinggal di jalan. Lalu, saya dapat info dari teman, katanya PKBM BIM buat anjal (anak jalanan) yang pengen belajar," dua mengisahkan peristiwa ketika pertama datang ke PKBM ini.

Deby telah berbulat tekad untuk berubah. Tekad dan niat baik itu disambut dengan tangan terbuka. Sembari belajar bersama anak-anak jalanan yang lain, ia pun mulai memperbaiki penampilan. Rambutnya tidak lagi jigkrak, tindikan di tubuhnya pun dilepas. Pakaiannya tidak lagi ketat, bahkan agak longgar.

Sekitar dua bulan dibina di PKBM BIM, ia benar-benar ber ubah. Deby telah meninggalkan perilaku buruk meski sesekali diam-diam ia masih merokok di luar lingkungan PKBM BIM. Tapi, rambut jigrak-nya telah ditutupi selembar kain kerudung dan pakaian longgar menutupi seluruh tubuhnya.

"Saya juga tidak tahu kenapa, tiba-tiba ingin memakai kerudung. Kata teman-teman tubuh saya seksi, jadi kerap digodai. Saya jadi risih. Maka itu, dikerudungi," ujarnya blak-blakan. Mustami, salah seorang relawan PKBM BIM, menuturkan, saat kedatangan Deby, anak-anak binaan takut. Bahkan, tidak sedikit yang menjauhi. Mereka tidak mau berteman dengannya.

Dia juga mengakui adanya perubahan pada diri perempuan muda itu. Mustami mengatakan, Deby sekarang berbeda dengan yang dulu. Meski tetap memperlihatkan sikap manja dan merokok diam-diam, Deby telah memiliki perilakunya lebih baik.

Saat ditanya mengenai Deby yang menggunakan kerudung dan pakaian longgar, ia mengatakan tidak pernah memerintahkannya. Itu kemauannya sendiri untuk menutupi tubuhnya. "Hikmah dari Allah SWT memang tidak pilih-pilih orang, bisa didapatkan siapa saja," tuturnya.

Di PKBM BIM, menurut Mustami, anak-anak binaan memang diajarkan agama. "Kami mengajarkan agama tidak dengan perintah, tetapi dengan contoh. Mereka tidak bisa diajarkan dengan perintah," dia berujar. Pelajaran Bagaimana pola pengajaran yang dilakukan di PKBM ini?
Mustami mengungkapkan, setiap pagi pukul 08.00 WIB, anak-anak diberikan pelajaran membaca dan menulis ayat-ayat Alquran.

PKBM BIM juga mengadakan khitan dan nikah massal. Pasalnya, cukup banyak anak jalanan yang sudah balig, tapi belum dikhitan. Tingkat seks bebas di kalangan anak-anak jalanan juga cukup tinggi. Karena itu, jika ada yang hamil, pengurus PKBM menikahkannya. Tentu saja setelah memperoleh izin dari orang tua.

Saat ini, terdapat 30 keluarga yang masih tinggal di asrama PKBM BIM. Puluhan keluarga baru ini tetap diberikan bim bingan agar memiliki tanggung jawab dan tidak rapuh. Jika mem butuhkan modal untuk usaha, PKBM akan memberikannya tanpa jaminan.

Mustami menyatakan, lembaga ini tidak pernah meminta da na kepada lembaga lain. "Jika ada yang memberikan, kami sa ngat berterima kasih." Jujur saja, katanya, terkadang pemasukan PKBM tidak sesuai dengan pengeluaran yang dibutuhkan. "Bangunan tempat belajar pun banyak yang bocor," tuturnya.

Meski dengan berbagai kekurangan, jangan menanyakan prestasi yang sudah didapatkan anak-anak jalanan binaan PKBM ini. Berbagai piagam dan penghargaan terpampang di ruang kantor PKBM BIM yang berukuran sekitar 2 x 4 meter persegi itu. Terakhir, seorang anak jalanan binaan PKBM BIM, Adam, memenangkan kejuaraan terbuka panjat tebing untuk anak-anak kurang dari usia delapan tahun pada September 2010.

"Saya suka manjat kereta untuk naik ke atap. Hanya main-main, lalu turun di Stasiun UI atau Pasar Minggu untuk mengemis," ucapnya lugu. Adam tidak menyangka, kebiasaannya memanjat kereta berbuah manis pada kejuaraan tersebut. Mustami menilai, banyak potensi terpendam pada anak-anak jalanan. Karena itu, PKBM berupaya membina dan mengembangkan potensi tersebut.

Sejumlah usaha mandiri, seperti percetakan dan bengkel, telah dibangun. Bahkan, beberapa anak binaan kini menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Potensi itulah agaknya yang selama ini belum banyak diperhatikan pemerintah. Hingga delapan tahun berdirinya PKBM BIM, lirikan pemerintah boleh dikata tak ada. "Jika diajak kerja sama, kami akan sangat terbuka. Tapi, pemerintah kerap meman dang sebelah mata terhadap PKBM ini," ujarnya.

Padahal, anak-anak jalanan yang dibina mulai berani berdiri tegak, menatap masa depan yang lebih baik dengan optimisme. Berkat bimbingan dan pengajaran, mereka umumnya telah berubah. Deby, perempuan muda yang semula berpenampilan punk, kini telah menutup rambut jigrak-nya dengan kerudung.

Selasa, 23 November 2010

Guru Pilar Utama Pendidikan

November 24, 2010
Ruh pendidikan sepatutnya menjadi pusat perhatian semua pihak, sebab ditangan guru anak-anak bangsa diantarkan menjadi pribadi yang utuh, cerdas dan bermoral.

“Guru merupakan pilar utama keberhasilan pendidikan,” dalam kaitan Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) ke 16 dan HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke 65.

Pada bagian lain menyadari tugas guru dalam mencerdaskan siswa tidak mungkin dapat terjadi tanpa dukungan semua pihak termasuk sarana prasarana pendukung pendidikan. Oleh karenanya keterlibatan pihak swasta juga perlu dibangkitkan.

Penanaman nilai-nilai moral bagi peserta didik hendaklah menjadi perhatian segenap guru, sehingga capaian keberhasilan tidak saja berorientasi kepada pengetahuan akan tetapi juga pembentukan akhlak budi pekerti.

Pribadi engajak agar para guru tidak berhenti belajar diera digital. Hal ini menjadi penting sebab bukan tidak mungkin murid lebih dahulu mendapatkan informasi melalui akses internet dan oleh karenanya guru juga harus mulai belajar memanfaatkan media digital bagi penambahan wawasan.

Dalam menyebutkan pelaksanaan tema Memacu Peran Strategis Guru Menuju Profesional Bermartabat dan Sejahtera, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting guru sebagai pembentuk karakter generasi bangsa. Selain itu memberikan pengetahuan akan pentingnya profesionalisme dalam melaksanakan tugas.
BY :M H idir Hasibuan

Sabtu, 20 November 2010

Siswa Korban Tsunami Belum Bisa Sekolah

Siswa Korban Tsunami Belum Bisa Sekolah
sabtu,  November 2010 |
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Anak kembar, Nila dan Lili (4) membawa buah kelapa untuk mereka minum airnya dari pohon kelapa di sekitar reruntuhan bangunan yang tersapu tsunami di Kampung Tumalei, Desa Silabu Kecamatan Saumanganya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Minggu (31/10/2010). Warga meminum air kelapa sementara bantuan air bersih belum tiba. Mereka pun masih menggunakan air kotor karena sulitnya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan MCK.
MENTAWAI, KOMPAS.com - Sebagian besar pengungsi anak-anak korban tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, belum bisa masuk sekolah. Hampir sebulan pascatsunami, mereka masih tinggal di tenda-tenda pengungsian yang tersebar di sejumlah lokasi dengan kondisi serba darurat, termasuk urusan makan dan minum yang kurang.
Saya belum bisa masuk sekolah. Semua buku pelajaran dan seragam sekolah hilang.
-- Ardi Agustinus
"Saya belum bisa masuk sekolah. Semua buku pelajaran dan seragam sekolah hilang. Saya juga masih harus mengungsi bersama saudara-saudara," kata Ardi Agustinus (19), murid kelas 3 Sekolah Menengah Atas 1 Sikakap yang mengungsi di Kilometer 37 Pulau Pagai Selatan, Jumat (19/11/2010).
Ayah, ibu, dan seorang saudara Ardi tewas dalam bencana tsunami yang menerjang Dusun Purourougat, Senin (25/10/2010). Kini ia tinggal bersama tiga saudaranya yang selamat di pengungsian.
Terganggunya proses pembelajaran, tidak saja dialami murid yang dusunnya tersapu tsunami. Namun murid-murid lain yang dusunnya tak terdampak tetapi sekolahnya diterjang tsunami pun mengalami persoalan serupa.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Syaiful Jannah, menyatakan, sekolah negeri di Pulau Pagai Selatan dan Pulau Pagai Utara sempat libur beberapa hari pascatsunami. Namun sekarang, sekolah yang tak terkena tsunami sudah diaktifkan lagi meskipun kegiatan pembelajaran belum normal.

Kebutuhan Guru per Tahun Capai 70 Ribu

Smaller  Reset  REPUBLIKA.--  Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) membutuhkan sebanyak 70 ribu guru per tahun. Kebutuhan tersebut, menurut Mendiknas HM Nuh, harus dipenuhi mulai tahun 2011 hingga 2014. Sehingga total yang dibutuhkan selama empat tahun sekitar  280 ribu guru.

Menurut dia demi meningkatkan kualitas pendidikan guru dinilai memiliki peran sangat penting. Persoalannya, selain guru yang ada masih perlu ditingkatkan, Kemendiknas juga dituntut menyediakan guru baru yang profesional  setiap tahunnya.

‘’Kita memang harus menyediakan sebanyak 70 ribu guru baru profesional per tahun. Itu wajib dilakukan hingga tahun 2014 mendatang,’’ papar Mendiknas HM Nuh saat berkunjung ke Malang, Ahad (15/11).

Dia menjelaskan secara rinci komposisi para guru yang ada selama ini. Menurut dia, jumlah guru saat ini ada sekitar 2,7 juta orang. Mereka dinilai memiliki kualitas, kualifikasi dan tingkat kompetensi yang beragam.

Alasannya, dari guru sebanyak 2,7 juta tersebut ada sekitar 1,5 juta guru atau sekitar 57,4 persen yang wajib ditingkatkan kualifikasinya setara dengan sarjana strata satu (S1) atau Diploma Empat (D4). Selain itu, ada sekitar dua juta guru harus menjalani sertifikasi.

Untuk itu, kata Mendiknas HM Nuh yang mantan Rektor ITS Surabaya ini,  upgrading kualifikasi dan kompetensi guru serta penyediaan guru baru yang profesional harus ditangkap sebagai peluang bagi perguruan tinggi. Makanya, dia berharap perguruan tinggi bisa berperan dan terus meningkatkan kompetensi substansi keilmuan, metodologi pembelajaran dan kemuliaan kepribadian.

Demi meningkatkan hal tersebut, Kemendiknas  menyediakan beasiswa program doktor untuk 3000 dosen pada tahun 2011. Selain itu menyediakan beasiswa bagi 5000 mahasiswa tingkat akhir berprestasi yang berkeinginan mengabdi jadi guru.

Dengan begitu, dia optimis, kualitas dan kompetensi guru yang ada bisa ditingkat. Selain itu, penyediaan guru profesional yang membutuhkan sebanyak 70 ribu per tahun diyakini juga bisa terpenuhi.
Red: taufik rachman
Rep: asan haji

Jumat, 19 November 2010

jangan cari hanya yang pintar

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah masih terus berupaya agar ujian nasional (UN) SMA/SMK/MA tetap bisa terintegrasi dengan seleksi masuk perguruan tinggi negeri. PTN diminta jangan hanya mau menjaring anak-anak yang sangat pintar, karena hal itu akan berdampak pada jenjang pendidikan di bawahnya.
Nanti sejak TK, anak sudah didorong jago membaca dan menghitung karena anak-anak sangat pintar saja yang bisa kuliah. Kasihan.
-- Mohammad Nuh
”Nanti sejak TK, anak sudah didorong jago membaca dan menghitung karena anak-anak sangat pintar saja yang bisa kuliah. Kasihan, anak-anak nanti digenjot les sejak kecil. Kita tidak ingin pendidikan kita seperti itu,” jelas kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Jakarta, Jumat (19/11/2010).
Menurut Nuh, PTN mesti memahami kompetensi maksimum lulusan SMA sederajat saat ini. Justru, perguruan tinggi harus membantu mahasiswa baru mereka dengan memaksimalkan proses pembelajaran selama kuliah.
Djoko Santoso, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, menambahkan, kajian untuk mencari sambungan antara UN dan SNMPTN terus dilakukan. Yang dilihat supaya soal-soal tidak tumpang tindih.
”Lagi dicari tes yang paling pas,” kata Djoko.
Menurut Djoko, perguruan tinggi memang menjaring kelompok yang terbaik untuk melihat potensi mereka untuk menyelesaikan kuliah dengan baik. Selain itu, juga potensi untuk mampu melanjutkan ke program pascasarjana.
Elin Driana, Koordinator Education Forum, mengatakan, pemerintah tidak bisa asal mengintegrasikan UN-SNMPTN tanpa kajian yang jelas.
”Jangan sampai siswa yang dikorbankan,”
sumber :kemendiknas

Perlu, Pelatihan Pendidikan Karakter untuk Kepala Sekolah

 Jakarta -- Bertepatan dengan hari jadinya yang ke 8, Central-Sevilla School mengadakan acara penandatanganan nota kesepahaman dengan lembaga Success Motivation International (SMI ) di Jakarta, kemarin ( 6/08 ). Pada acara yang dibuka oleh Presiden Direktur Garuda Food dan   Grup CEO of Tudung Group, Sudhamek AWS, mengundang juga Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal sebagai salah satu pembicara mengenai pendidikan karakter.
Central-Sevilla School merupakan Sekolah Internasional yang menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu fokus utama dalam proses pembelajarannya. Sudhamek mengungkapkan,  pada awalnya kelahiran Central-Sevilla School, didasarkan oleh banyak permasalahan pendidikan yang berujung pada kurangnya pendidikan karakter alam proses pembelajaran. " Maka dari itu, setelah berdialog dengan (almarhum intelektual muslim) Nurcholis Madjid, kami mengungkapkan bahwa pendidikan haruslah menyeluruh dan  tidak hanya mengutamakan academic excellent saja, tetapi juga harus memperhatikan pengembangan karakter anak didik kita, " ucapnya.
Pendidikan karakter yang dikembangkan Central-Sevilla School ini sejalan dengan program serupa yang dicanangkan pemerintah. Karena itu, Fasli menyambut positif kegiatan pendidikan karakter yang dijalankan sekolah yang juga menggunakan kurikulum sekolah Amerika Serikat Cambridge, selain kurikulum pemerintah.
Dalam sambutannya yang bertema, " Pendidikan Karakter Siswa Menyambut Tantangan Abad 21",  Fasli mengatakan bahwa pendidikan karakter, selain merupakan kebutuhan yang mendesak, juga dilatarbelakangi oleh amanat UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.  " Jelas dalam Pasal 1 Ayat 1 UU tersebut, bahwa proses pembelajaran harus secara aktif mengembangkan potensi diri peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara"  ujarnya.
Selain itu, pendidikan karakter juga harus mampu diresapi seluruh warga pendidikan, tidak hanya peserta didik saja. Bahkan, guru dan kepala sekolah memiliki peranan yang amat penting. " Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, memiliki peran yang amat penting dalam implementasi pendidikan karakter, oleh karena itu perlu sekali pelatihan pendidikan karakter ini di kalangan kepala sekolah,"  ujar Wamendiknas.
Wamendiknas pun menerangkan bahwa pendidikan karakter ini, tidak akan di masukan menjadi sebuah mata pelajaran, melainkan akan diterapkan pada seluruh mata pelajaran. "Pendidikan karakter ini harus include dalam setiap mata pelajaran, jadi tidak akan menjadi mata pelajaran yang baku ,"  tuturnya.
Selain penandatanganan nota kesepakatan, Central-Sevilla School juga memberikan 12 beasiswa pendidikan yang meliputi pendanaan pendidikan gratis, asrama serta uang saku siswa selama menempuh pendidikan. Upaya ini, menurut Sudhamek, salah satu langkah Central-Sevilla School dalam kepeduliannya terhadap anak bangsa.
Di akhir acara, Sudhamek mengutip pernyataan Nurcholis Madjid pada awal pembentukan Central-Sevilla School. " Pendidikan tidak seperti menanam kacang, yang hasilnya bisa ditunggu selama 100 hari. Pendidikan adalah seperti menanam kelapa, yang dampak dan hasilnya 20 hingga 30 tahun di depan". (yogi)
Sumber: Kemdiknas

Kamis, 04 November 2010

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
Jujur kepada Siswa, Itu Saja Dulu...
 November 2010 |
M.LATIEF/KOMPAS.COM
Sugimun, guru SMPN 1 Lumbis, Nunukan, Kaltim, memperlihatkan "uang palsu" untuk pembelajaran aritmatika siswa-siswinya. Siswa lebih baik diajarkan Matematika dengan kejujuran, diberi pemahaman agama dengan kejujuran.
 Kurikulum pendidikan antikorupsi di sekolah sebaiknya tidak dijadikan satu mata pelajaran, tetapi cukup dijadikan satu topik pembahasan di mata pelajaran tertentu. Hal tersebut diungkapkan Dr Karnadi, pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta atau UNJ, Rabu (3/11/2010).
Guru harus jujur tentang nilai. Jika nilai jelek, tidak perlu dikatrol. Atau mengajarkan jika menemukan barang orang lain segera dilaporkan.
-- Karnadi
"Jika dijadikan satu mata pelajaran, sangat pemborosan. Cukup dijadikan satu topik pembahasan di mata pelajaran tertentu. Namun, itu semua juga perlu didukung pembelajaran dari teman, keluarga, guru, dan lingkungan sekitar," lanjut Karnadi.
Karnadi mengungkapkan, sekolah harus ajarkan kejujuran kepada anak didiknya. Salah satu caranya, sekolah harus jujur dan terbuka, misalnya, mengenai uang sekolah atau nilai ujian. Intinya, kata Karnadi, tujuan kurikulum antikorupsi ini adalah agar anak mengerti jika korupsi tidak baik.
"Itu semua bisa diajarkan lewat guru. Guru harus jujur tentang nilai. Jika nilai jelek, tidak perlu dikatrol. Atau, ajarkan (anak) jika menemukan barang orang lain, segera dilaporkan. Semua bisa dilakukan lewat hal-hal kecil, tetapi dalam aktivitas sehari-hari sehingga mudah diingat oleh anak," imbuh Karnadi.
Menurutnya, lebih baik belajar Matematika dengan kejujuran atau memahami agama dengan kejujuran. Namun, itu harus dimulai dari para pendidik sehingga apa yang diajarkan dan dilakukan sama oleh peserta didiknya.
sumber:KOMPAS.com

KETERBUKAAN INFORMASI Anda Berhak Tahu Dana BOS

 Kamis, 4 November 2010 | 13:08 WIB

Ilustrasi: Jangan patah semangat, Anda berhak memperoleh semua informasi tentang dana BOS karena semua informasi menyangkut dana BOS adalah informasi publik.
  Anda pernah begitu penasaran dengan jumlah alokasi anggaran pendidikan di daerah Anda? Bagaimana ketentuan program bantuan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) serta bagaimana cara untuk mendapatkan bantuan dana pendidikan?



Masyarakat memiliki hak untuk memperoleh informasi publik.
-- Ahmad Alamsyah Saragih
Jangan patah semangat. Sebagai warga negara, Anda berhak memperoleh semua informasi tersebut. Karena semua pertanyaan ini adalah informasi publik.
"Masyarakat memiliki hak untuk memperoleh informasi publik," kata Ketua Komisi Informasi Pusat (KIP) Ahmad Alamsyah Saragih dalam diskusi 'Informasi Migas untuk Siapa?' di Jakarta, Kamis (4/11/2010).
Hak sebagai warga negara untuk memperoleh keterbukaan informasi telah dijamin oleh UUD 1945, tepatnya Pasal 28F serta diperkuat dengan UU No 14 Tahun 2008 Keterbukaan Informasi Publik. Namun, untuk memperoleh hak ini pun warga negara harus mengikuti tata cara tersendiri sesuai UU KIP.
Langkah-langkah
Tidak sulit untuk memperoleh semua informasi yang memang sudah menjadi hak Anda dengan mengikuti tata cara dan langkah-langkahnya sesui UU KIP, yaitu:
-Mulailah dengan menulis surat permintaan informasi atau menyampaikannya saja secara lisan kepada Pejabat Pengelola Informasi dan Data (PPID) di badan publik yang Anda tuju. Setelah itu, Anda harus memastikan PPID memberikan tanda bukti penerimaan permintaan informasi beserta nomor pendaftarannya.
-Maksimal sepuluh hari setelahnya, badan publik yang Anda tuju wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Anda. Namun, ketentuan itu dapat juga diperpanjang juga menjadi 17 hari kerja.
-Pemberitahuan tertulis itu bisa berisi apakah informasi yang Anda minta ternyata tidak di bawah penguasaannya, permintaan diterima atau ditolak, materi informasi akan diberikan, atau permintaan dirujuk ke badan publik lain. Selama informasi hanya berkaitan dengan badan publik, baik struktur maupun organisasi, kegiatan atau kinerjanya, laporan keuangan serta proses pengambilan keputusannya, Anda berhak memperoleh informasi tersebut.
-Anda juga berhak atas informasi putusan peradilan, ketetapan dan keputusan atau peraturan dan sejenisnya dari lembaga penegak hukum, surat perintah penghentian penyidikan atau penuntutan, rencana pengeluaran dan laporan keuangan tahunan lembaga penegak hukum, laporan hasil pengembalian uang hasil korupsi diperbolehkan untuk diakses.
-Namun, tentu ada juga informasi yang memang dikecualikan untuk diakses publik, antara lain informasi yang apabila dibuka dapat menghambat proses penegakan hukum, dapat menganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat, dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia dan ketahanan ekonomi nasional atau dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri.
-Satu lagi, bahwa informasi yang berisi fakta otentik dan rahasia yang bersifat pribadi atau wasiat, seperti riwayat hidup dan keluarga, aset dan rekening kecuali ada persetujuan si pemilik, atau memorandum bersifat rahasia juga "haram" untuk dibuka ke publik.

sumber: KOMPAS.com

Sabtu, 23 Oktober 2010

Koalisi Pendidikan: Kinerja Kemendiknas Mengecewakan

Koalisi Pendidikan menilai kinerja Kementerian Pendidikan Nasional mengecewakan. Kementerian ini belum juga mampu mewujudkan pendidikan yang merata bagi semua pihak.

"Pak (Muhammad-Mendiknas) Nuh ternyata bukanlah Nabi Nuh. Kebijakannya belum menjawab kebutuhan mendasar pendidikan. Secara umum, rapor Mendiknas masih merah. Nilainya 2,5," ujar juru bicara koalisi, Ade Iriawan.

Hal itu dikatakan Ade dalam jumpa persnya di Wisma Kodel, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan,

Penilaian ini dilihat dari program 100 hari Kemendiknas dan program aplikasi Inpres Nomor 1 Tahun 2010. Program ini dinilai belum juga menjawab berbagai persoalan mendasar permasalahan pendidikan dalam negeri.

Oleh koalisi, pendidikan di Indonesia dinilai masih menjadi sesuatu yang mahal. Tidak semua golongan bisa menikmati haknya untuk mengenyam pendidikan yang layak.

"Nanti yang bisa sekolah itu yang kaya, sangat kaya, paling kaya atau terlalu kaya," sindir Ade.

Contoh lain, M Nuh pernah mengeluarkan program andalan penyediaan internet secara massal di sekolah. Sayangnya, kondisi mendasar ketersediaan bangunan belum juga diperhatikan lebih dulu.

Mulai dari kondisi gedung hingga fasilitas ketersediaan aliran listrik luput diperhatikan dulu. Kalaupun ada, justru SDM di sekolah yang tidak memungkinkan.

"Jika tidak diiringi upaya untuk memperbaiki berbagai permasalahan mendasar, program internet masuk sekolah akan mogok di tengah jalan," paparnya.

Program Mendiknas berdasar Inpres No 1/2010 bidang pendidikan juga belum mampu menyentuh persoalan substansi untuk guru. Program tersebut memang ada yang berbicara mengenai guru di wilayah terpencil. Namun luput memperhatikan bagaimana seorang guru di Indonesia harus memperjuangkan sendiri kesejahteraannya.

Meski terus mengkritisi berbagai kebijakan Kemendiknas, Ade membantah jika mereka dianggap ingin melengserkan M Nuh.

"Kami bukan mengkudeta, tapi ingin beri masukan kritis karena kebijakan Mendiknas banyak yang kontroversial," tandasnya

sumber:detikNews

KUS, Meningkatkan Pendidikan Indonesia

Objek Wisata Penginapan Kuliner Transportasi Oleh-oleh
Murid-murid bersemangat mencoba komputer baru
tw0 Komentar
star_un star_un star_un star_un star_un 0/5 (0 vote) | Beri Rating
Foto Selengkapnya

Menjadi salah satu pemenang Aku Cinta Indonesia, ACI, dan berkesempatan menjelajah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan tidak hanya memperlihatkan 'kemilau' Indonesia kepada saya. Namun juga memperlihatkan sisi lain dari Indonesia kita tercinta. Inilah yang saya temui saat saya mengunjungi Banjar Baru, Kalimantan Selatan.

Sisi lain yang jauh berbeda dari kota kelahiran saya, Jakarta. Di Ibukota,hampir setiap saat saya tak lepas dari penggunaan internet, dan segala aktivitas yang saya lakukan dihadapan komputer. Begitu juga yang dilakukan keponakan saya yang saat ini duduk di bangku SMA, bahkan itu juga yang sudah dilakukan keponakan saya lainnya yang masih kelas 2 SD.

Komputer, internet, sudah merupakan hal biasa di kota besar, juga di sekolah-sekolah. Hampir setiap tugas pasti dikerjakan dengan komputer. Namun ternyata masih banyak sekolah-sekolah didaerah yang belum mengenal penggunaan komputer, bahkan sampai tingkat SMA. Yang lebih mengagetkan, tak hanya murid-muridnya yang belum terbiasa dengan penggunaan komputer, namun juga para guru.

22 Oktober 2010, tim 20, saya dan Yuga berkesempatan mengunjungi sekolah MTS dan MA Nurul Hikmah, setara dengan SMP dan SMA yang berada di Kecamatan Campaka, Kelurahan Palam,Banjar Baru,Kalimantan Selatan. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang belum memiliki fasilitas komputer.

KUS atau Komputer Untuk Sekolah. Sebuah program pengadaan komputer yang dilakukan oleh XL, salah satu provider terbesar di Indonesia. Program yang sudah berjalan sejak tahun 2009 ini tidak hanya memberikan unit komputer ke sekolah-sekolah, namun juga memberikan pelatihannya kepada murid dan guru.

Tahun ini, program KUS yang rencananya akan dievaluasi setiap 5 tahun, memberikan komputer ke 60 sekolah tingkat SMP dan SMA yang tersebar di 24 kabupaten dari 14 provinsi di Indonesia. Jumlah komputer yang diberikan tahun ini sebanyak 200 unit, meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 180 unit. Kalimantan Selatan akan mendapat 12 komputer yang akan dibagi di 4 sekolah.

Semoga saja dengan pengenalan teknologi di sekolah-sekolah, mampu meningkatkan tingkat pendidikan penerus bangsa ini, sehingga akan menjadi pondasi awal untuk mampu meningkatkan semua aspek dalam kehidupan serta mampu meningkatkan pariwisata 'surga dunia', Indonesia.
sunber: detik news

KPK Diminta Usut Kasus Korupsi di Sekolah

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk tidak hanya menangani kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat publik atau anggota kepolisian saja. KPK didesak untuk mengusut kasus dugaan korupsi di sekolah-sekolah yang disinyalir jumlahnya tak sedikit.

Desakan itu disampaikan oleh Forum Musyawarah Guru DKI Jakarta (FMGJ) yang menyambangi kantor KPK, Jumat (22/10/2010) sore. Mereka diterima langsung oleh Deputi Pencegahan KPK Eko Tjiptadi.

"Kami datang untuk mendorong KPK mengungkapkan korupsi di sekolah. Memang jumlahnya kecil, jauh dari Rp 1 miliar, namun jika digabung dari beberapa sekolah jumlahnya bisa triliunan," ucap Ade Irawan, aktivis ICW yang juga tergabung dalam FMGJ.

Apa yang diadukan FMGJ ini terkait dengan transparansi dan penggunaan APBS (Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah). Pasalnya, banyak kasus yang dilaporkan, bahwa guru-guru dimutasi akibat menanyakan transparansi anggaran sekolah ini.

Menurut koordinator FMGJ Retno Listyarti, pihak guru sendiri sudah berupaya memperbaiki lingkungan sekolah melalui kritik, namun tidak pernah digubris. Bahkan mereka mengalami intimidasi dari pihak sekolah.

Salah satu yang dilaporkan adalah tunjangan tenaga kependidikan yang hingga sekarang belum didapatkan guru-guru Jakarta. Seharusnya berdasarkan Perpres No.108 tahun 2007, setiap bulannya, guru mendapatkan tunjangan Rp 100 ribu.

"Jika budaya ancaman dan intimidasi dijadikan upaya membungkam para guru yang kritis terhadap pengelolaan keuangan, maka tidak mungkin rasanya mengikis budaya korupsi di negeri ini," ujarnya.

Ia menambahkan, pendidikan antikorupsi tidak akan berhasil ketika para guru yang membangun budaya antikorupsi justru diintimidasi dan dihukum. Hal itu, terangnya, akan menghasilkan guru yang penakut dan penurut, sehingga tidak mungkin mampu menghasilkan anak didik yang berani bicara kebenaran dan memperjuangkan keadilan.

Untuk itu, FMGJ meminta KPK juga mendorong transparansi di sekolah-sekolah melalui penegakan hukum. "Pendidikan antikorupsi yang diluncurkan KPK beberapa waktu lalu hanya akan menjadi wacana dan pengetahuan semata jika tidak dibarengi dengan kesungguhan semua pihak untuk membangun transparansi di sekolah," katanya.

sumber:detik news

Selasa, 19 Oktober 2010

Filsafat Naturalisme

A. Pendahuluan

filsafat naturalismePENYANYI sohor Iwan Fals, mungkin, bisa disebut menganut paham naturalisme. Ia menghargai begitu tinggi terhadap alam, dan beranggapan bahwa segala yang alamiah cenderung menjadi baik. Oleh karena itu, Iwan Fals menyerahkan sepenuhnya anak kesayangangannya bernama Galang Rambu Anarki untuk dididik oleh alam sekitarnya. Ia beranggapan, dirinya maupun keluarga yang lainnya, tak perlu campur tangan terhadap perkembangan si anak.

Itulah pendidikan paling demokrasis yang dilakukannya. Semua diserahkan kepada anak, keputusan apa pun yang diambil anak bergantung kepada anak itu sendiri. Anak mau mengenakan baju warna hijau, merah, kuning, biru, dan sebagainya bergantung kepada kecenderungan dan kesenangan anak sendiri. Anak akan pergi ke sekolah, tempat kursus, les, atau tidak pergi ke mana pun, semua bergantung kepada anak itu sendiri. Ya, anak memiliki kebebasan yang sebebas-bebasnya sesuai dengan bawaan dan kepribadian yang diberikan alam kepadanya.

Sayangnya, anak yang namanya diabadikan dalam salah satu judul lagu yang sangat terkenal “Galang Rambu Anarki” itu meninggal dunia dalam usianya yang sangat dini, 21 tahun. Surat-surat kabar ketika itu memberitakan bahwa, Galang yang ketika itu terkena serangan jantung. Namun rumor yang lain menyebutkan bahwa remaja yang juga mulai menanjak kariernya sebagai penyanyi itu meninggal dunia akibat over dosis dalam mengonsumsi narkoba. Galang, bisa jadi, adalah “korban” penganut paham naturalisme.

Sejak saat itulah, konon, Iwan Fals merasa sangat menyesal dengan pendiriannya. Sejak saat itu pula, penampilannya yang “naturalis” dengan membebaskan kumis dan jenggotnya yang tidak terlalu lebat tumbuh secara alamiah diakhiri. Maka jengggot dan kumisnya pun dipangkas, rambutnya pun diptong rapih. Lagu-lagi yang diciptakan dan dinyanyikan setelah itu lebih terasa religius, meski tetap dalam nuansa lagu-lagu balada dan penuh kritik sosial.

Berikut kita kemukakan tentang paham naturalisme, baik sebagai aliran filsafat maupun sebagai sebuah aliran dalam filsafat pendidikan.. Makalah terdiri dari pengertia naturalisme secara filsafat; naturalisme menurut aliran filsafat pendikakan; tokoh-tokoh yang beraliran naturalisme; tujuan pendidikan naturalisme; dan proses pendidikan gaya naturalisme.

B. Naturalisme dalam Filsafat

NATURALISME merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984)

Materialisme adalah suatu istilah yang sempit dari dan merupakan bentuk dari naturalisme yang lebih terbatas. Namun demikian aliran ini pada akhirnya lebih populer daripada induknya, naturalisme, karena pada akhirnya menjadi ideologi utama pada negara-negara sosialis seperti Uni Soviet (kini Rusia) dan Republik Rakyat Cina (RRC). Materialisme umumnya mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada kecuali materi, atau bahwa nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.

Materialisme dapat diberikan definisi dengan beberapa cara. Di antaranya, pertama: Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam, dan bahwa akal dan kesadaran (consiousness) termasuk di dalamnya. Segala proses fisikal merupakan mode materi tersebut dan dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik.

Kedua, definisi tersebut mempunyai implikasi yang sama, walaupun condong untuk menyajikan bentuk matarialisme yang lebih tradisional. Belakangan, doktrin tersebut dijadikan sebagai “energism” yang mengembalikan segala sesuatu kepada bentuk energi, atau sebagai suatu bentuk dari “positivisme” yang memberi tekanan untuk sains dan mengingkari hal-hal seperti ultimate nature of reality (realitas yang paling tinggi). Inilah yang pada akhirnya mereka ragu-ragu apakah tuhan benar-benar ada atau tidak, yang jelas mereka tidak mampu menjangkaunya. Bahkan sebagian mengingkari sama sekali sehingga menjadi atheis.

Democritus adalah seorang filosof Yunani Kuno yang hidup sekitar tahun 460-370 SM. Ia adalah atomis pertama, materialis pertama dan perintis sains mekanik. Ketika ditanya, “Alam ini dibuat dari apa?” atau “Apakah yang riil itu” ia menjawab, “Alam terdiri dari dua bagian. Pertama adalah atom, bagian yang sangat kecil sekali dan tak terbatas jumlahnya, mempunyai kualitas yang sama, tetapi mengandung perbedaan yang bemacam-macang tentang besar dan bentuknya. Kedua adalah ruang kosong di mana atom-atom tersebut bergerak.

Atom adalah terlalu kecil untuk dilihat mata, dan tak dapat rusak. Atom menggabungkan diri berkombinasi dengan cara bermacam-macam membentuk manusia, binatang, tanam-tanaman, batu-batuan dan sebagainya. Jika atom itu dalam jumlah yang sangat besar bertabrakan serta terpental ke berbagai jurusan, timbullah bermacam-macam benda. Atom ini bersama gerakan-gerakannya di angkasa merupakan penjelasan tentang fenomena-fenomena. Democritus merupakan seorang rasionalis yang mengatakan bahwa akal itu tahu benda-benda yang benar. Persepsi indra hanya memberi pengetahuan yang relatif.

Materialisme moderen mengatakan bahwa alam (universe) merupakan kesatuan material yang tak terbatas; alam termasuk di dalamnya segala materi dan energi (gerak atau tenaga) selalu ada dan akan tetap ada. Dan bahwa alam (world) adalah realitas yang keras, dapat disentuh, material, objektif, yang dapat diketahui oleh manusia. Materialisme moden mengatakan, materi ada sebelum jiwa (mind), dan dunia material adalah yang pertama. Sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua.

Kelompok materialis, sebagaimana kelompok aliran-aliran lainnya tidak sepakat atas segala persoalan, atau tidak berpegang seluruhnya kepada persoalan-persoalan tersebut di atas. Dalam dunia sekarang, materialisme dapat mengambil salah satu dari dua bentuk, satu mekanisme atau materialisme mekanik (mechanistic materialism) dengan tekanan pada sains alam; dan kedua materialisme dialektik (dialectical materialsm) yang merupakan filsafat resmi Rusia, Cina, dan kelompok-kelompok komunis lainnya di seluruh dunia. Materialisme mekanik mempunyai daya tarik yang sangat besar oleh karena kesederhanaannya. Dengan menerima pendekatan itu, seseorang merasa telah dapat membebaskan diri dari problema-problema yang membingungkan yang selama beabad-abad. Apa yang riil (benar, sungguh-sungguh ada) dalam manusia adalah badannya, dan ukuran kebenaran atau realitas adalah sentuhan penglihatan dan suara, yakni alat-alat verifikasi eksperimental. (Juhaya S. Pradja, 1987)

Banyak ahli pikir berpendapat bahwa jika sains dapat menjelaskan segala sesuatu dengan sebab mekanik saja, akibatnya tak ada alasan untuk percaya kepada Allah dan tujuan dari alam. Hukum yang sama berlaku bagi manusia, binatang-binatang yang rendah dan planet. Kesadaran pikiran adalah hasil dari perubahan-perubahan dalam otak atau syaraf. Alam diatur dengan hukum fisik materi, walaupun hal itu menyangkut proses yang sangat kompleks dan halus dari akal manusia. Hidup hanya merupakan proses fisiologi dan hanya mempunyai arti fisiologi.

Banyak sekali ahli filsafat, humanis, idealis, pragmatis, dan lain-lain mengatakan bahwa materialisme mekanik tidak menjelaskan seluruh problem. Kebanyakan orang mengakui bahwa terdapat sistem di dunia yang dapat dijelaskan dengan secara mekanik dengan sebaik-baiknya, dan hanya sedikit orang yang mempersoalkan nilai pemakaian interprestasi mekanik di bidang di mana interpretasi tersebut membantu pemahaman kita. Tapi banyak orang menyangsikan prinsip-prinsip mekanik untuk memberikan dasar yang memuaskan bagi penjelasan segala bahwa materialisme adalah suatu contoh dari reductive fallacy yang terjadi jika situasi yang kompleks atau suatu keseluruhan yang sederhana. Contohnya, ketika seorang materialis mengatakan bahwa akal itu adalah sekadar bentuk dari materi, para kritikus mengatakan bahwa ia melakukan suatu kesalahan yaitu reduction yang kasar.

C. Naturalisme dalam Filsafat Pendidikan

Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi naturalis dimulai jauh hari sebelum anak lahir, yakni sejak kedua orang tuanya memilih jodohnya. Tokoh filsafat pendidikan naturalisme adalah John Dewey, disusul oleh Morgan Cohen yang banyak mengkritik karya-karya Dewey. Baru kemudian muncul tokoh-tokoh seperti Herman Harrell Horne, dan Herbert Spencer yang menulis buku berjudul Education: Intelectual, Moral, and Physical. Herbert menyatakan bahwa sekolah merupakan dasar dalam keberadaan naturalisme. Sebab, belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid.

Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat terkenal yang diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling Berharga?”. Kelima tujuan itu adalah (1) Pemeliharaan diri; (2) Mengamankan kebutuhan hidup; (3) Meningkatkan anak didik; (4) Memelihara hubungan sosial dan politik; (5) Menikmati waktu luang.

Spencer juga menjelaskan enam prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme. Delapan prinsip tersebut adalah (1) Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam; (2) Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik; (3) Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak; (4) Memperbanyak imlu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan; (5) Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak; (6) Praktik mengajar adalah seni menunda; (7) Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif; (8) Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik. (J. Donald Butler :tt)

D. Penutup

Demikianlah naturalisme sebagai aliran filsafat maupun aliran filsafat pendidikan, memiliki kelebihan maupun kelemahan. Kelebihan utama aliran ini adalah penghargaannya yang tinggi terhadap alam, termasuk anak yang lahir secara alamiah akan cenderung baik. Paham ini bisa melahirkan manusia-manusia demokratis, sebab segala sesuatu dikembalikan pribadi masing-masing.

Namun kelemahan utama aliran ini adalah bahwa anak yang lahir juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Jika lingkungan di sekitar baik, maka anak tersebut cenderung baik. Sebaliknya, jika kehidupan di sekitarnya buruk, anak cenderung berkembang ke arah buruk. Kasus Galang Rambu Anarki, putera Iwan Fals, bisa jadi karena lingkungan tidak memadai untuk keberlangsungan hidupnya, sehingga ia harus meninggal dunia di usianya yang amat dini.

Idealisme dalam Filsafat Pendidikan

A. Pendahuluan

filsafat Idealisme FILSAFAT dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup iku menentukan arah dan tujuan proses pendidikan.

Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya.

Dalam pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Jadi jika ada masalah atas pertanyaan-pertanyaan soal pendidikan yang bersifat filosofis, wewenang filsafat pendidikanlah untuk menjawab dan menyelesaikannya.

Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Dengan demikian, muncullah filsafat pendidikan yang menjadi dasar bagaimana suatu bangsa itu berpikir, berperasaan, dan berkelakuan yang menentukan bentuk sikap hidupnya. Adapun proses pendidikan dilakukan secara terus menerus dilakukan dari generasi ke generasi secara sadar dan penuh keinsafan.

Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh factor-faktor lain seperti latar belakangpribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.

Ajaran filsafat yang berbada-beda tersebut, oleh para peneliti disusun dalam suatu sistematika dengan kategori tertentu, sehingga menghasilkan klasifikasi. Dari sinilah kemudian lahir apa yang disebut aliran (sistem) suatu filsafat. Tetapi karena cara dan dasar yang dijadikan criteria dalam menetapkan klasifikasi tersebut berbeda-beda, maka klasifikasi tersebut berbeda-beda pula.

Seorang ahli bernama Brubacher membedakan aliran-aliran filsafat pendidikan sebagai: pragmatis-naturalis; rekonstruksionisme; romantis naturalis; eksistensialisme; idealisme; realisme; rasional humanisme; scholastic realisme; fasisme; komunisme; dan demokrasi. Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Brubracher sangat teliti, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya overlapping dari masing-masing aliran.

Sebagian ahli mengklasifikasikan aliran filsafat pendidikan ke dalam tiga kategori. Yaitu, kategori filsafat pendidikan akademik skolastik, kategori filsafat religious theistic, dan kategori filsafat pendidikan social politik. Filsafat pendidikan akademik skolastik meliputi dua kelompok yang tradisonal meliputi aliran perenialisme, esensialisme, idealisme, dan realisme, dan progresif meliputi progresivisme, rekonstruksionisme, dan eksistensialisme. Filsafat religious theistik meliputi segala macam aliran agama yang paling tidak terdiri dari empat besar agama di dunia ini, dengan segala variasi sekte-sekte agama masing-masing. Sedangkan filsafat pendidikan social politik terdiri dari humanisme, nasionalisme, sekulerisme, dan sosialisme.

Makalah ini hanya membahas masalah aliran idealisme, untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan. Makalah terdiri dari pengertia idealisme secara filsafat; idealisme menurut aliran filsafata pendikakan; dan tokoh-tokoh yang beraliran idealisme.

B. Aliran Filsafat Idealisme

Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.

Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.

Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.

Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan norahi yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya hidup yang kreatif (Peursen, 1978:36). Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.

Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.

Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.

Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).

Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.

Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990:28).

C. Idealisme dan Filsafat Pendidikan

Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.

Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua bukunnya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy of Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.

Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.

Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.

Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.

Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.

Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.

Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.

Pendekatan-Pendekatan dalam Teori Pendidikan

Teori PendidikanPendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan
Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi. (Uyoh Sadulloh, 1994).

1. Pendekatan Sains

Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu, dengan berbagai cabangnya, seperti: (1) sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan; (2) psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam belajar; (3) administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien; (5) evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa; (6) bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi, teknologi dan terutama psikologi.
Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah.

2. Pendekatan Filosofi

Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik. Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994)
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme; dan (4) rekonstruktivisme. (Ella Yulaelawati, 2003).
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

3. Pendekatan Religi

Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam)
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner

Filsafat Pendidikan Islam

A. Pendahuluan

Filsafat Pendidikan Islam Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya. 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal. 2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal. 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. 5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda .

Semua soal tadi adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme. Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya.

B. Pengertian Filsafat pendidikan Islam

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.

Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya. Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis.

Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu: (1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar; (2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong; (3) Ada yang di didik atau si terdidik; dan (4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah.

Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ).

Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.

Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”

Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :

1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya.

Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar.

Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.

Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :

1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
4. Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya

Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder.

Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.

D. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam

Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :

1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.

E. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam

Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut :

Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.

Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink.

Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah.

Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.

F. Penutup

Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.

Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten. Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan. Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.

MAKALAH DAN ARTIKEL PSIKOLOGI PENDIDIKAN

news artikel

1. Konsep Psikologi Pendidikan


2. Perkembangan Peserta Didik


3. Aplikasi Psikologi Pendidikan


Masalah-masalah pendidikan di Indonesia

enyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

-Rendahnya sarana fisik,

-Rendahnya kualitas guru,

-Rendahnya kesejahteraan guru,

-Rendahnya prestasi siswa,

-Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

-Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

-Mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini.



-Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan

-sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung

-keprofesionalan guru yang rendah

-kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan)

-pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada ,dengan kampanye pendidikan gratis

-belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia

-belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter Indonesia
-moral para pendidik banyak yg rendah.
-SDM bidang pendidikan alias pengajar2 nya harus ditingkat kan kwalitasnya
- fasilitas timpang antara sekolah2 di kota dan di pelosok
- gaji guru yang kecil ( terutama untuk yang tugas di pelosok )
-tidak adanya pemerataan infrastruktur untuk semua daerah.
-begitu ada sekolah dengan mutu pendidikan yg bagus harganya selangit.. ndak terjangkau