Selasa, 28 September 2010

Pasar Lebih Ramah Bagi Lulusan SMA

Pasar Lebih Ramah bagi Lulusan SMA

Selasa, 28 September 2010 | 15:05 WIB
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Murid SMK jurusan patiseri berlatih memasak.

JAKARTA, KOMPAS.com — Pasar kerja saat ini memang terkesan lebih ramah bagi lulusan SMA dibandingkan lulusan sekolah menengah kejuruan atau SMK. Pasalnya, SMA dinilai lebih fleksibel daripada lulusan SMK yang bersifat spesialis.

Demikian temuan dalam penelitian Lembaga Demografi dan Dosen (LD FE UI). "Kenapa orangtua tidak pilih vocational (kejuruan)? Masalahnya, SMA dinilai lebih fleksibel dibandingkan SMK. Saat SMA, anak diberikan basic knowledge, sementara SMK diberikan pengetahuan praktis yang khusus, misalnya listrik. Jadi, dia hanya bisa listrik saja nantinya," ujar Peneliti LD FEUI, N Haidy A Pasay, Selasa (28/9/2010) di Hotel Nikko, Jakarta.

Haidy menjelaskan bahwa bursa kerja saat ini masih minim dalam menyediakan pekerjaan bagi para lulusan SMK sehingga tiga tahun belajar di SMK menjadi tidak terpakai. Sementara itu, lulusan SMA lebih luwes dalam melakukan penyesuaian sehingga pendidikan SMA selama 3 tahun menjadi tidak terbuang. "Contohnya seperti bank, itu anak SMK enggak bisa. Tapi, mereka menerima SMA karena SMA lebih mengembangkan logika, jadi bisa lebih cepat dilatih," ujarnya.

Di Jepang, lanjut Haidy, bursa kerja lebih memilih tenaga kerja yang memiliki keandalan dalam berpikir logis dan mengutamakan pelatihan tanpa melihat latar belakang pendidikannya. "Maka dari itu, untuk mengoptimalkan keberadaan SMK, harus ada jembatan antara pasar kerja dan pendidikan menengah untuk menutupi middle hollow ini," tandas peneliti senior di FE UI tersebut.

sumber kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH DAN ARTIKEL PSIKOLOGI PENDIDIKAN

news artikel

1. Konsep Psikologi Pendidikan


2. Perkembangan Peserta Didik


3. Aplikasi Psikologi Pendidikan


Masalah-masalah pendidikan di Indonesia

enyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

-Rendahnya sarana fisik,

-Rendahnya kualitas guru,

-Rendahnya kesejahteraan guru,

-Rendahnya prestasi siswa,

-Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

-Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

-Mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini.



-Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan

-sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung

-keprofesionalan guru yang rendah

-kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan)

-pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada ,dengan kampanye pendidikan gratis

-belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia

-belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter Indonesia
-moral para pendidik banyak yg rendah.
-SDM bidang pendidikan alias pengajar2 nya harus ditingkat kan kwalitasnya
- fasilitas timpang antara sekolah2 di kota dan di pelosok
- gaji guru yang kecil ( terutama untuk yang tugas di pelosok )
-tidak adanya pemerataan infrastruktur untuk semua daerah.
-begitu ada sekolah dengan mutu pendidikan yg bagus harganya selangit.. ndak terjangkau