Rabu, 15 Desember 2010

Ada 1,3 Juta Anak Cerdas Istimewa di Indonesia

Indonesia memiliki sekitar 1,3 juta anak usia sekolah yang berpotensi Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI) atau kerap disebut 'gifted-talented'. Sayangnya, baru 9.500 (0,7%) anak yang sudah mendapat layanan khusus dalam bentuk program akselerasi/ percepatan.

"Masih sangat banyak siswa CIBI belum memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka," kata Sekjen Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (Asosiasi CIBI) Nasional, Amril Muhammad di Jakarta, Selasa (14/12).

Amril menambahkan seharusnya CIBI perlu mendapatkan akselerasi. Ada dua macam akselerasi yang dapat dilakukan, yaitu akselerasi kontens base dan grade base. Disebut akselerasi kontens jika siswa mampu menguasai bidang ilmu dengan baik. Sementara itu, akselerasi grade jenjang sekolah seperti siswa yang seharusnya sekolah tiga tahun, bisa dipersingkan menjadi dua tahun. "Mereka memiliki kecepatan menyerap lebih dari teman sebayanya," papar Amir.

Perhatian khusus tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tetapi semata-mata untuk memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Untuk program akselerasi misalnya, ini mencakup grade dan konten. Berdasarkan data tahun 2009, dari 260.471 sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program layanan khusus bagi anak CIBI.

Ia menyebutkan bahwa sejumlah ciri anak 'gifted-talented' dapat dikenali antara lain dari kecerdasan intelektualnya yang very superior. Seperti, skor IQ (Intelligence Quotient) 130 ke atas, dengan menggunakan skala Wechsler.

Saat ini ada 311 sekolah yang menyelenggarakan CIBI, di seluruh Indonesia dari 22 provinsi, baik sekolah negeri maupun swasta, serta 10 madrasah, dan yang terbanyak di Provinsi Jawa Timur.

Siswa Pintar Dibajak

Siswa CIBI biasanya diambil oleh perguruan tinggi dari negara luar, seperti dari Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat. Sekarang Korea Selatan juga mulai agresif. "Ada sekitar 300 orang lebih bibit unggul kita yang diambil oleh negara luar, karena mereka mampu memberikan iming-iming kesejahteraan melebihi dari kita," kata Amir.

Amril menyebutkan bibit unggul yang diambil itu terutama berada di kota besar seperti Malang, Semarang, Jakarta, Bandung, dan Makassar. Bahkan di Singapura, mereka ditawari bekerja sampai usia 55 tahun, sehingga usia produktifnya habis baru dikembalikan ke Indonesia.

"Nah andaikan kita bisa melakukan yang terbaik untuk mereka, dipastikan Indonesia akan berkembang," katanya.
     
Menurut dia anak pintar dan cerdas ini mendapat beasiswa dari negara asing, terutama jalurnya melalui jalur olimpiade-olimpiade. "Jadi kalau ada lomba olimpiade di luar negeri, kamar anak Indonesia dihampiri oleh agen-agen asing tersebut, untuk ditawari fasilitas dan segala macamnya," terang Amir.

Sementara itu, perguruan tinggi di dalam negeri tidak melakukan pendekatan itu. Untuk menjawab permasalahan pembajakan tersebut perlu seluruh pemangku kebijakan melakukan program yang komprehensif bagi anak-anak berbebutuhan khusus ini.

Sumber : republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH DAN ARTIKEL PSIKOLOGI PENDIDIKAN

news artikel

1. Konsep Psikologi Pendidikan


2. Perkembangan Peserta Didik


3. Aplikasi Psikologi Pendidikan


Masalah-masalah pendidikan di Indonesia

enyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

-Rendahnya sarana fisik,

-Rendahnya kualitas guru,

-Rendahnya kesejahteraan guru,

-Rendahnya prestasi siswa,

-Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

-Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

-Mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini.



-Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan

-sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung

-keprofesionalan guru yang rendah

-kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan)

-pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada ,dengan kampanye pendidikan gratis

-belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia

-belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter Indonesia
-moral para pendidik banyak yg rendah.
-SDM bidang pendidikan alias pengajar2 nya harus ditingkat kan kwalitasnya
- fasilitas timpang antara sekolah2 di kota dan di pelosok
- gaji guru yang kecil ( terutama untuk yang tugas di pelosok )
-tidak adanya pemerataan infrastruktur untuk semua daerah.
-begitu ada sekolah dengan mutu pendidikan yg bagus harganya selangit.. ndak terjangkau