Kamis, 02 Desember 2010

Motivasi Anak Didik Menumbuhkan Kepenasaran Intelektual

Memotivasi Anak Didik Menumbuhkan Kepenasaran Intelektual

Peserta didik idealnya dimotivasi untuk sering bertanya apa yang dia ingin tahu, sehingga akan secara otomatis menimbulkan keingintahuan dari dalam dirinya atau kepenasaran intelektual (intellectual curiosity). Dalam diri mereka juga harus ditanamkan bahwa belajar itu hal yang menyenangkan.

“Selanjutnya difasilitasi dan diberi keleluasaan untuk mengetahui jawabannya”, ujar aktivis pendidikan Heri Hendrayana Harris (Gola Gong) saat memberikan keterangan pers usai berbicara pada seminar Wisuda UT Periode IV Tahap III 2010 di Universitas Terbuka, di Pondok Cabe, Senin, (29/11).

Heri merupakan salah satu pembicara dalam seminar dengan tema 'Peran Guru dalam Mengembangkan Kepenasaran Intektual (Intelektual Curiosity) Peserta Didik'. Menurut Heri, peranan guru sangat penting untuk mendorong peserta didiknya proaktif dalam mengembangkan kepenasaran intelektual yang berimplikasi pada kemajuan hidup dan sekelilingnya.

Sementara penggerak Komunitas HONG, Pusat Kajian Mainan dan Permainan Rakyat, Mohamad Zaini Alif, memberikan paparan dengan judul 'Pengajaran dalam Mainan dan Permainan Rakyat Sebagai Media Pengembangan Keingintahuan Intelektual'. “Di balik mainan dan permainan, dapat meningkatkan motorik dan kreativitas anak, melalui keingintahuan intelektual kita ternyata memberikan banyak nilai dan pendidikan untuk anak, serta dapat menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu,” katanya.

Zaini mengharapkan, generasi penerus menjadi generasi yang tekun dan rajin memelihara rasa ingin tahu (curiosity) untuk kemudian siap berpetualang mengarungi luasnya samudera pengetahuan.

Sementara itu, aktivis pendidikan lainnya, Raden Rizki Mulyawan Kartanegara Hayang Denda Kusuma (Dik Doang), mengatakan kepada para peserta agar dapat memahami cara untuk membangkitkan kepenasaran intelektual kepada peserta didik melalui pembelajaran alam seperti yang dilakukan komunitas Jurang Doank yang digagasnya.

Menurut Dik, manusia itu ada dua garis, pertama adalah manusia itu awalnya bodoh tidak mengetahui, kemudian dia belajar pada yang maha mengetahui sehingga dia menjadi pintar. Kemudian setelah pintar, dia mengasah kepintarannya sehingga dia menjadi orang yang cerdas, dan orang yang cerdas tidak lagi menunjukkan almamaternya, misal ini UT, ini UI, dan sebagainya.

Orang yang cerdas, kata Dik, tetap gelisah dengan kecerdasannya, orang cerdas di dalam kelas sudah bermanfaat bagi teman-temannya. Contohnya ketua kelas dia orang yang tidak pintar, tapi dia dipercaya. ''Nah pendidikan berhenti kepada melahirkan anak-anak yang pintar dan ini berbahaya, seharusnya menjadi anak-anak yang cerdas,'' jelasnya.

Tapi, kata Dik, orang cerdas jangan berhenti, dia tetap gelisah dengan kecerdasannya, orang itu mengasah lagi dengan ilmunya, jadilah orang itu orang yang berwawasan. “Orang yang berwawasan bicara padanya, ya ampun demikian indahnya, karena tidak ada pertanyaan apapun yang tidak mampu dia jawab,” jelasnya.

Orang yang telah berwawasan diasah lagi dengan wawasannya, jangan hanya menatap pada wawasan, jadilah dia orang yang bercakrawala. “Orang yang bercakrawala ini dia tidak perlu menjadi menteri, menjadi apapun, karena orang yang punya kedudukan akan bertanya kepada dia,” tegas Dik menambahkan.
Sumber:Republika.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH DAN ARTIKEL PSIKOLOGI PENDIDIKAN

news artikel

1. Konsep Psikologi Pendidikan


2. Perkembangan Peserta Didik


3. Aplikasi Psikologi Pendidikan


Masalah-masalah pendidikan di Indonesia

enyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

-Rendahnya sarana fisik,

-Rendahnya kualitas guru,

-Rendahnya kesejahteraan guru,

-Rendahnya prestasi siswa,

-Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

-Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

-Mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini.



-Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan

-sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung

-keprofesionalan guru yang rendah

-kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan)

-pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada ,dengan kampanye pendidikan gratis

-belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia

-belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter Indonesia
-moral para pendidik banyak yg rendah.
-SDM bidang pendidikan alias pengajar2 nya harus ditingkat kan kwalitasnya
- fasilitas timpang antara sekolah2 di kota dan di pelosok
- gaji guru yang kecil ( terutama untuk yang tugas di pelosok )
-tidak adanya pemerataan infrastruktur untuk semua daerah.
-begitu ada sekolah dengan mutu pendidikan yg bagus harganya selangit.. ndak terjangkau