Lima Kendala Berantas Buta Aksara
Senin, 11 Oktober 2010 | 11:06 WIB
Ilustrasi: Penderita buta aksara umumnya berusia di atas 45, 50, dan 60 tahun.
TERKAIT:

Jadi, sulit secara ekonomi dan geografis, juga sosial budaya.
-- Hamid Muhammad

"Kita tahu memberantas buta aksara memang susah karena penderitanya umumnya berusia di atas 45, 50, dan 60 tahun," tegas Nuh.
Oleh sebab itu, kata dia, pemberantasan harus dikerjakan secara sistematis, yaitu dipadukan dengan program pemberian kecakapan hidup dan program pengentasan kemiskinan secara umum, agar berdampak pada kesejahteraan. Nuh menambahkan, pemerintah menargetkan pada 2014 mendatang jumlah penduduk buta aksara sebanyak-banyaknya adalah 6,9 juta jiwa atau 4,2 persen dari total jumlah penduduk.
Sementara itu, Direktur Jendral Pendidikan Non Formal Informal (Dirjen PNFI) Hamid Muhammad, menambahkan, pemberantasan buta aksara menghadapi lima tantangan besar. Pertama, kata Hamid, sisa penduduk buta aksara adalah kelompok masyarakat yang tersulit, yaitu penduduk yang sangat miskin, terpencil, terisolir, dan terpencar.
"Jadi sulit secara ekonomi dan geografis, juga sosial budaya," katanya.
Kedua, perempuan buta aksara lebih banyak daripada laki-laki buta aksara, ketiga, sebagian besar penderita buta aksara berusia 45 tahun ke atas. Faktor keempat, karena kurang latihan membaca, warga belajar yang sudah terbebas dari buta aksara kembali menjadi buta aksara.
Untuk yang kelima, seperti disebutkan oleh Mendiknas, kesulitan melakukan identifikasi sasaran program karena belum tersedia data sasaran berdasarkan nama dan alamat yang jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar