Selasa, 19 Oktober 2010

[Filsafat Ilmu] Berfikirlah Terus, Jika Ingin Tetap Menjadi Manusia!

Berfikirlah terus, jika ingin tetap menjadi manusia! Demikian, pesan singkat namun sungguh sarat makna dari sang penulis, Dr. Uhar Suharsaputra dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Ilmu: Suatu Pengantar”.

Pesan di atas boleh jadi merupakan saripati dari isi tulisan buku yang diterbitkan oleh “Rumah Buku” ini. Tampilan buku dikemas secara elok dan elegan yang secara khusus dirancang oleh UD Sukmana.

[Filsafat Ilmu] Berfikirlah Terus, Jika Ingin Tetap Menjadi Manusia!

Buku ini memuat empat topik kajian yang terjabarkan ke dalam empat bab.

Bab I mengupas tentang manusia, berfikir, dan pengetahuan. Dalam bab ini dikemukakan makna menjadi manusia yang menggambarkan keagungannya karena berkat kemampuan berfikir dengan menggunakan akalnya. Selain itu, dikemukakan pula tentang makna berfikir, makna pengetahuan, serta tentang berfikir dan pengetahuan

Bab II menyajikan tentang filsafat, didalamnya dikemukakan pengertian filsafat, ciri-ciri filsafat, objek filsafat, sistematika filsafat, cabang-cabang filsafat, sudut pandang terhadap filsafat dan sejarah singkat filsafat.

Bab III membicarakan tentang ilmu pengetahuan, diawali dengan dua kutipan dari Alfred North Withaker dan Al-Hadist. Kutipan ini tampaknya sengaja ditampilkan penulis untuk mengingatkan para pembaca tentang betapa pentingnya ilmu bagi setiap insan. Selanjutnya, dalam bab ini dikemukakan tentang pengertian ilmu, ciri-ciri ilmu, fungsi dan tujuan ilmu, struktur ilmu, objek ilmu, pembagian/pengelompokkan ilmu, penjelasan ilmiah, dan sikap ilmiah.

Bab IV mengetengahkan tentang filsafat ilmu. Seperti dalam bab-bab sebelumnya yang diawali dengan mengutip kata-kata bijak, dalam bab IV ini pun penulis mengawali tulisannya dengan meminjam pemikiran dari Trigg, bahwa:” Metode-metode dan penemuan-penemuan sains modern telah mendominasi dunia, dan filsafat hanya dianggap sebagai pelayan sains. Kesuksesan dan kemajuan ilmiah telah diterima sebagai kebenaran… konsepsi dunia ilmiah mendikte apa yang boleh diterima secara filosofis, karena filsafat diturunkan menjadi peran sekunder, tugas justifikasi sains tidak lagi dianggap esensial. Sain menentukan apa yang dimaksud dengan kebenaran dan tidak ada ruang untuk mempertanyakan apakah sain satu-satunya kebenaran atau hanya sebuah jalan menuju kebenaran”.

Ditampilkannya ungkapan ini tampak adanya kegelisahan dari sang penulis tentang perkembangan yang demikian dahsyat dalam ilmu saat ini, tetapi tanpa dasar filosofi yang jelas tentang arti kebenaran. Dalam bab IV ini dipaparkan tentang orientasi filsafat ilmu, perkembangan filsafat ilmu, ciri-ciri ilmu modern, paradigma ilmu modern menurut beberapa aliran, hubungan filsafat dengan ilmu, pengertian filsafat ilmu, bidang kajian dan masalah dalam filsafat ilmu, kebenaran ilmu, keterbatasan ilmu dan manfaat mempelajari filsafat ilmu.

Terkait dengan manfaat ilmu, sang penulis mengungkapkan beberapa manfaat, diantaranya : (1) melatih berfikir radikal tentang hakikat ilmu, (2) melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu, menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran; dan (4) menghindarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidakmenghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya.

Seperti disampaikan sang penulis sendiri dalam kata pengantarnya, buku ini memang masih bersifat pengantaran bagi mereka yang ingin berkenalan tentang dunia filsafat. Kendati demikian, buku ini tampaknya dapat dijadikan sebagai rujukan bagi mereka yang ingin menjelajah lebih jauh tentang dunia filsafat ilmu.

Nah, selamat berfikir dan tetaplah jadi manusia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH DAN ARTIKEL PSIKOLOGI PENDIDIKAN

news artikel

1. Konsep Psikologi Pendidikan


2. Perkembangan Peserta Didik


3. Aplikasi Psikologi Pendidikan


Masalah-masalah pendidikan di Indonesia

enyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

-Rendahnya sarana fisik,

-Rendahnya kualitas guru,

-Rendahnya kesejahteraan guru,

-Rendahnya prestasi siswa,

-Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

-Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

-Mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini.



-Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan

-sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung

-keprofesionalan guru yang rendah

-kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan)

-pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada ,dengan kampanye pendidikan gratis

-belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia

-belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter Indonesia
-moral para pendidik banyak yg rendah.
-SDM bidang pendidikan alias pengajar2 nya harus ditingkat kan kwalitasnya
- fasilitas timpang antara sekolah2 di kota dan di pelosok
- gaji guru yang kecil ( terutama untuk yang tugas di pelosok )
-tidak adanya pemerataan infrastruktur untuk semua daerah.
-begitu ada sekolah dengan mutu pendidikan yg bagus harganya selangit.. ndak terjangkau