Sabtu, 02 Oktober 2010

guru tidak coba melaksanakan secara langsung sesuai kemampuannya

Mengapa semua guru tidak coba melaksanakan secara langsung sesuai kemampuannya? Mereka mampu belajar ilmunya sendiri kan?

Dasarnya...
Kalau anda melihat mahasiswa/i anda sedang "duduk manis terus" pasti ada masalah. Berarti mereka dalam pembelajaran yang Dosen-Centered atua LCD-Centered Learning (Pembelajaran Pasif), dan kebanayakan informasi yang disampaikan secara ini dapat ditulis dan di-photocopy, atau dikasih file dan mereka dapat kerjakan di rumah, atau di perpustakaan.

Waktu di dalam kelas adalah kesempatan untuk kerjakan / melatih, dan problem-solving maupun membahas secara langsung dalam group-group isu-isu terkait pembelajarannya sambil mendalami pembelarannya, di mana mereka dapat mengembangkan diri maupun kreativitasnya dalam prosesnya.

.......................................

Kita dapat melihat bahwa setelah puluhan tahun melaksanakan pelatihan guru, secara umum gagal kan? Apakah Metodologinya sesuai Andragogi? Mengapa bisa gagal?

Kalau melaksanakan pelatihan guru kayaknya kita angap guru kita adalah bodoh, dan perlu disuap terus. Sudah waktunya kita angap guru kita sudah dewasa dan dengan sedikit supervisi dari Kepsek, dan informasi dasar, mereka dapat mengembangkan diri.

Pasti ada sebagian yang tidak berniat, dan terus terang untuk mereka sebaiknya mereka mencari karir yang lain karena kalau melatih mereka juga sampai tua kita tidak dapat berhasil.

Saya pernah menyaksikan MGMP di salah satu sekolah di Jakarta yang termasuk favorit, dan ada guru yang mengajar guru-guru lain mengenai pendulum (fisika) dan guru yang mengajar, mengajarkan sesuatu yang salah (fatal sebetulnya). Padahal yang benar ada di buku siswa. Akhirnya saya harus tanya-tanya supaya gurunya (dan yang dilatih) tahu yang benar. Bagaimana kalau semua guru menyampaikan yang salah ke semua siswa-siswinya?

Kalau guru tidak tahu isinya buku siswa saja bagaimana? Apa alasannya? Menurut saya ini adalah "legacy" (kebiasaan) dari pardigma di mana mereka tidak diangap bertanggungjawab untuk ilmunya sendiri. Sama dengan isu profesionalisme. Mereka dapat ikut program profesinalisme guru dan mereka mendapat sertifikat, tetapi apakah perilakunya dan kemampuannya sudah ditingkatkan, apakah sudah meningkatkan profesionalisme?

Ayo, guru kita sudah dewasa, mari kita angap bahwa mereka dengan sedikit binaan profesional (dari Kepsek) dapat meningkatkan kemampuan secara kemandirian. Memang kemandirian adalah sesuatu yang kita ingin mengembankan dalam siswa-siswi kita juga kan?

Apalagi ini cara yang dapat dilaksanakan secara sangat murah.

sumber:teknologi pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH DAN ARTIKEL PSIKOLOGI PENDIDIKAN

news artikel

1. Konsep Psikologi Pendidikan


2. Perkembangan Peserta Didik


3. Aplikasi Psikologi Pendidikan


Masalah-masalah pendidikan di Indonesia

enyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

-Rendahnya sarana fisik,

-Rendahnya kualitas guru,

-Rendahnya kesejahteraan guru,

-Rendahnya prestasi siswa,

-Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

-Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

-Mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini.



-Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan

-sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung

-keprofesionalan guru yang rendah

-kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan)

-pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada ,dengan kampanye pendidikan gratis

-belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia

-belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter Indonesia
-moral para pendidik banyak yg rendah.
-SDM bidang pendidikan alias pengajar2 nya harus ditingkat kan kwalitasnya
- fasilitas timpang antara sekolah2 di kota dan di pelosok
- gaji guru yang kecil ( terutama untuk yang tugas di pelosok )
-tidak adanya pemerataan infrastruktur untuk semua daerah.
-begitu ada sekolah dengan mutu pendidikan yg bagus harganya selangit.. ndak terjangkau